Maria dan Wahyu Blog

Senin, 29 Desember 2014

MITONI


Tradisi Mitoni (Tujuh Bulanan) di Kabupaten Boyolali

Tradisi Mitoni merupakan rangkaian upacara siklus hidup yang sampai saat ini masih dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa. Upacara ini merupakan adat kebiasaan tau upacara yang dilakukan pada bulan ketujuh masa kehamilan pertama seorang perempuan dengan tujuan agar embrio dalam kandungan dan ibu yang mengandung senantiasa memperoleh keselamatan.

Upacara-upacara yang dilakukan dalam masa kehamilan, yaitu:
a.    Siraman
b.    Memasukkan telur ayam kampun ke dalam kain calon ibu oleh sang suami
c.    Ganti busana
d.   Memasukkan kelapa gading muda
e.    Memutus lawe atau lilitan benang atau janur
f.     Memecahkan periuk dan gayung
g.    Minum jamu sorongan
h.    nyolong endhog
                                                
Pada hakikatnya, ini adalah upacara peralihan yang dipercaya sebagai sarana untuk menghilangkan petaka, yaitu semacam inisiasi yang menunjukkan bahwa upacara-upacara itu merupakan penghayatan unsur-unsur kepercayaan lama.
Selain itu, terdapat suatu aspek solidaritas primordial terutama adalah adat istiadat yang secara turun-temurun dilestarikan oleh kelompok sosialnya. Mengabaikan adat istiadat akan mengakibatkan celaan dan nama buruk bagi keluarga yang bersangkutan dimata kelompok sosial masyarakat.

Setting Tempat dan Waktu
Mitoni tidak dapat diselengggarakan sewaktu-waktu, biasanya memilih hari yang dianggap baik untuk menyelenggarakan upacara mitoni. Orang Jawa percaya bahwa hari baik untuk upacara mitoni adalah hari selasa (senin siang sampai malam) atau sabtu (jumat siang sampai malam) dan diselenggarakan pada waktu siang atau sore hari.
Sedangkan tempat untuk menyelenggarakan upacara biasanya dipilih di depan suatu tempat yang biasa disebut dengan pasren, yaitu senthong tengah. Pesren erat sekali dengan kaum petani sebagai tempat untuk memuja Dewi Sri, dewi padi. Karena kebanyakan masyarakat sekarang tidak mempunyai senthong, maka upacara mitoni biasanya diselenggarakan di ruang keluarga atau ruang yang mempunyai luas yang cukup untuk menyelenggarakan upacara.

Pelaku, Tata Cara, dan Perlengkapan
Secara teknis, penyelenggaraan upacara ini dilaksanakan oleh dukun atau anggota keluarga yang dianggap sebagai yang tertua. Kahadiran dukun ini lebih bersifat seremonial, dalam arti mempersiapkan dan melaksanakan upacara-upacara kehamilan. Serangkaian upacara yang diselenggarakan pada upacara mitoni adalah:
1.    Siraman atau mandi, merupakan simbol upacara sebagai penyematan tanda pembersihan diri, baik fisik maupun jiwa. Pembersihan secara simbolis ini bertujuan membebaskan calon ibu dari dosa-dosa sehingga kalau kelak si calon ibu melahirkan anak tidak mempunyai beban moral sehingga proses kelahirannya menjadi lancar. Upacara siraman dilakukan di kamar mandi dan dipimpin oleh dukun atau anggota keluarga yang dianggap sebagai yang tertua.
2.    Upacara memasukkan telur ayam kampung ke dalam kain (sarung) si calon ibu oleh sang suami melalui perut dari atas perut lalu telur dilepas sehingga pecah. Upacara ini dilaksanakan di tempat siraman (kamar mandi) sebagi simbol harapan agar bayi lahir dengan mudah tanpa hambatan.
3.    Upacara brojolan atau memasukkan sepasang kelapa gading muda yang telah digambari Kamajaya dan Dewi Ratih atau Arjuna dan Sembadra kedalam sarung dari atas perut calon ibu ke bawah. Makna simbolis dari upacara ini adalah agar kelak bayi lahir denngan mudah tanpa kesulitan.
4.    Upacara brojolan dilakukan di depan senthong tengah atau pasren oleh nenek calon bayi (ibu dari ibu si bayi) dan di terima oleh nenek besan. Kedua kelapa itu lalu di tidurkan di atas tempat tidur layaknya menidurkan bayi. Secara simbolis gambar Kamajaya dan Dewi Ratih atau Arjuna dan Sembadra melambangkan kalau si bayi lahir dengan elok rupawan dan memiliki sifat-sifat luhur seperti tokoh yang di gambarkan tersebut. Kamajaya dan Dewi Ratih atau Arjuna dan Sembadra merupakan tokoh ideal orang jawa.
5.    Upacara ganti busana di lakukan dengan jenis kain sebanyak 7 (tujuh) buah dengan motif kain yang berbeda. Motif kain dan kemben yang akan dipakai dan dipilih yang terbaik dengan harapan agar kelak si bayi juga memiliki kebaikan-kebaikan yang tersirat dalam lambang kain.
Motif kain tersebut adalah:
ü Sidomukti (melambangkan kebahagiaan)
ü Sidoluhur (melambangkan kemulyaan)
ü Truntum (melambangkan agar nilai-nilai kebaikan di pegang teguh)
ü Parangkusuma (melambangkan perjuangan untuk tetap hidup)
ü Semen rama (melambangkan agar cinta kedua orang tua yang sebentar lagi menjadi bapak-ibu tetap bertahan selama-lamanya atau tidak terceraikan)
ü Udan riris (melambangkan harapan-harapan agar kehadiran dalam masyarakat anak yang akan lahir selalu menyenangkan)
ü Cakar ayam (melambangkan agar anak yang akan lahir kelak dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya)
ü Kain terakhir yang tercocok adalah kain dari bahan lurik yang bermotif lasem dengan kemben motif dringin. Upacara ini di lakukan di senthong tengah.
6.    Upacara memutus lilitan janur atau lelawe yang di lingkarkan di perut calon ibu. Janur atau lawe dapat di ganti dengan daun kelapa atau janur. Lilitan ini harus di putus oleh calon ayah dengan maksut agar kelahiran bayi lancar.
7.    Upacara memecah periuk dan gayung yang terbuat dari tempurung kelapa (siwur). Maksutnya adalah memberi sawab (doa dan puji keselamatan) agar nanti kalau si ibu masih mengandung lagi, kelahirannya juga tetap mudah.
8.    Upacara minum jamu sorongan, melambangkan agar anak yang di kandung akan mudah di lahirkan seperti di dorong (disurung).
9.    Upacara nyolong endhog, melambangkan agar kelahiran anak cepat dan lancar seperti pencuri yang lari membawa curiannya. Upacara ini dilaksanakan oleh calon ayah dengan mengambil telur dan membawanya lari dengan cepat mengelilingi kampung.

Dengan dilaksanakannya seluruh upacara tersebut di atas, upacara mitoni di anggap selesai di tandai dengan doa yang di pimpin oleh dukun dengan mengelilingi selamatan. Selamatan atau sesaji sebagian di bawa pulang oleh yang menghadiri atau meramaikan upacara tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar